permata jenius dari indonesia

Kamis, Januari 28, 2010 / Diposting oleh ilmam / komentar (0)

Assalamualaikum WR. WB.
Ternyata selama ini walaupun negara indonesia karut maryt itu tidak menghentikanangah porang jenius dari indonseia prestasi mereka fenomenal,dan usaha mereka untuk mencapai itu patut dicontoh ,mereka adalah:
Contoh orang jenius
March Boedihardjo
Quote:

(Tengah)
HONG KONG – Bocah Indonesia, March Boedihardjo, mencatatkan diri sebagai mahasiswa termuda di Universitas Baptist Hong Kong (HKBU).

March akan memiliki gelar sarjana sains ilmu matematika sekaligus master filosofi matematika.
Karena keistimewaannya itu, perguruan tinggi tersebut menyusun kurikulum khusus untuknya dengan jangka waktu penyelesaian lima tahun(dari 2007).

Ketika ditanya tentang cara beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang baru, March mengaku tidak pernah cemas berhadapan dengan teman sekelas yang lebih tua darinya. ”Ketika saya di Oxford, semua rekan sekelas saya berusia di atas 18 tahun dan kami kerap mendiskusikan tugas-tugas matematika,’’ kisahnya.
March memang menempuh pendidikan menengah di Inggris. Hebatnya, dia masuk dalam kelas akselerasi, sehingga hanya perlu waktu dua tahun menjalani pendidikan setingkat SMA itu.
Hasilnya, dia mendapat dua nilai A untuk pelajaran matematika dan B untuk statistik.
Dia juga berhasil menembus Advanced Extension Awards (AEA), ujian yang hanya bisa diikuti sepuluh persen pelajar yang menempati peringkat teratas A-level. Dia lulus dengan predikat memuaskan. Dalam sejarah AEA, hanya seperempat peserta AEA yang bisa mendapat status tersebut.
Prof Nelson Tansu, PhD- Pakar Teknologi Nano

Quote:

(Tengah)

Pria kelahiran 20 Oktober 1977 ini adalah seorang jenius. Ia adalah pakar teknologi nano. Fokusnya adalah bidang eksperimen mengenai semikonduktor berstruktur nano.

Teknologi nano adalah kunci bagi perkembangan sains dan rekayasa masa depan. Inovasi-inovasi teknologi Amerika, yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari seluruh orang di dunia, bertopang pada anak anak muda brilian semacam Nelson. Nelson, misalnya, mampu memberdayakan sinar laser dengan listrik superhemat. Sementara sinar laser biasanya perlu listrik 100 watt, di tangannya cuma perlu 1,5 watt.

Penemuan-penemuannya bisa membuat lebih murah banyak hal. Tak mengherankan bila pada Mei lalu, di usia yang belum 32 tahun, Nelson diangkat sebagai profesor di Universitas Lehigh. Itu setelah ia memecahkan rekor menjadi asisten profesor termuda sepanjang sejarah pantai timur di Amerika. Ia menjadi asisten profesor pada usia 25 tahun, sementara sebelumnya, Linus Pauling, penerima Nobel Kimia pada 1954, menjadi asisten profesor pada usia 26 tahun. Mudah bagi anak muda semacam Nelson ini bila ingin menjadi warga negara Amerika.

Amerika pasti menyambutnya dengan tangan terbuka. "Apakah tragedi orang tuanya membikin Nelson benci terhadap Indonesia dan membuatnya ingin beralih kewarganegaraan?" "Tidak. Hati Saya tetap melekat dengan Indonesia," katanya kepada Tempo. Nelson bercerita, sampai kini ia getol merekrut mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan riset S-2 dan S-3 di Lehigh. Ia masih memiliki ambisi untuk balik ke Indonesia dan menjadikan universitas di Indonesia sebagai universitas papan atas di Asia.

Jawaban Nelson mengharukan. Nelson adalah aset kita.
Muhammad Arief Budiman : MERAH-PUTIH DI SAINT LOUIS

Quote:

Saint Louis, Missouri, Amerika Serikat...

Di sebuah ruang kerja di kompleks Orion Genomic, salah satu perusahaan riset bioteknologi terkemuka di negeri itu, seorang lelaki Jawa berwajah "dagadu"—sebab senyum tak pernah lepas dari bibirnya—kerap terlihat sedang salat.

anak pekerja pabrik tekstil GKBI itu sekarang menjadi motor riset utama di Orion. Jabatannya: Kepala Library Technologies Group. Menurut BusinessWeek, ia merupakan satu dari enam eksekutif kunci perusahaan genetika itu.

Genetika adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari gen, pembawa sifat pada makhluk hidup. Peran ilmu ini bakal makin sentral di masa depan: dalam peperangan melawan penyakit, rehabilitasi lingkungan, hingga menjawab kebutu*an pangan dunia.

Arief tak hanya terpandang di perusahaannya. Namanya juga moncer di antara sejawatnya di negara yang menjadi pusat pengembangan ilmu tersebut: menjadi anggota American Society for Plant Biologists dan—ini lebih bergengsi baginya karena ia ahli genetika tanaman—American Association for Cancer Research.

Asosiasi peneliti kanker bukan perkumpulan ilmuwan biasa. Dokter bertitel PhD pun belum tentu bisa "membeli" kartu anggota asosiasi ini. Agar seseorang bisa menjadi anggota asosiasi ini, ia harus aktif meneliti penyakit kanker pada manusia. Ia juga harus membawa surat rekomendasi dari profesor yang lebih dulu aktif dalam riset itu serta tahu persis riset dan kontribusi orang itu di bidang kanker. Arief mendapatkan kartu itu karena, "Meskipun latar belakang saya adalah peneliti genome tanaman, saya banyak melakukan riset genetika mengenai kanker manusia," ujarnya.
Prof Dr. Khoirul Anwar : TERINSPIRASI KISAH FIRAUN
Quote:


Dia kini menjadi ilmuwan top di Jepang.

Wong ndeso asal Dusun Jabon, Desa Juwet, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, itu memegang dua paten penting di bidang telekomunikasi. Dunia mengaguminya.
Para ilmuwan dunia berkhidmat ketika pada paten pertamanya Khoirul, bersama koleganya, merombak pakem soal efisiensi alat komunikasi seperti telepon seluler.

Prof Dr. Khoirul Anwar adalah pemilik paten sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah seorang Warga Negara Indonesia yang kini bekerja di Nara Institute of Science and Technology, Jepang.Dunia memujinya.
Khoirul juga mendapat penghargaan bidang Kontribusi Keilmuan Luar Negeri oleh Konsulat Jenderal RI Osaka pada 2007.

Pada paten kedua, lagi-lagi Khoirul menawarkan sesuatu yang tak lazim. Untuk mencapai kecepatan yang lebih tinggi, dia menghilangkan sama sekali guard interval (GI). “Itu mustahil dilakukan,” begitu kata teman-teman penelitinya. Tanpa interval atau jarak, frekuensi akan bertabrakan tak keruan. Persis seperti di kelas saat semua orang bicara kencang secara bersamaan.

Dua penelitian istimewa itu mungkin tak lahir bila dulu Khoirul kecil tak terobsesi pada bangkai burung, balsam yang menusuk hidung, serta mumi Firaun. Bocah kecil itu begitu terinspirasi oleh kisah Firaun, yang badannya tetap utuh sampai sekarang. Dia pun ingin meniru melakukan teknologi “balsam” terhadap seekor burung kesayangannya yang telah mati. “Saya menggunakan balsam gosok yang ada di rumah,” kata anak kedua dari pasangan Sudjianto (almarhum) dengan Siti Patmi itu.

Khoirul berharap, dengan percobaannya itu, badan burung tersebut bisa awet dan mengeras. Dengan semangat, ia pun melumuri seluruh tubuh burung tersebut dengan balsam gosok. Sayangnya, hari demi hari berjalan, kata anak petani ini, “Teknologi balsam itu tidak pernah berhasil.”

Penelitian yang gagal total itu rupanya meletikkan gairah meneliti yang luar biasa pada Khoirul. Itulah yang mengantarkan alumnus Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung tersebut kini menjadi asisten profesor di JAIST, Jepang.
Dr Warsito P. Taruno : AKU PULANG, AKU BERJUANG, AKU MENANG
Quote:


Dr Warsito P. Taruno, pendiri dan pemilik Edwar Technology.
Belasan tahun belajar di luar negeri. Tanpa bantuan pemerintah, penelitian mereka berhasil di Tanah Air.

Robot itu bernama Sona CT x001. robot yang dibekali dua lengan itu sedang memindai tabung gas sepanjang 2 meter. Di bagian atas robot, layar laptop menampilkan grafik hasil pemindaian. Selasa dua pekan lalu itu, Sona—buatan Ctech Labs (Center for Tomography Research Laboratory) Edwar Technology—sedang diuji coba. Alat ini sudah dipesan PT Citra Nusa Gemilang, pemasok tabung gas bagi bus Transjakarta.

Perusahaan migas Petronas, kata Warsito, tertarik kepada alat buatannya. Kini mereka masih dalam tahap negosiasi harga dengan perusahaan raksasa milik pemerintah Malaysia tersebut. Selain Sona, Edwar Technology mendapat pesanan dari Departemen Energi Amerika Serikat. Nilai pesanan lumayan besar, US$ 1 juta atau sekitar Rp 10 miliar.
Bahkan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pun memakai teknologi pemindai atau Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) temuan Warsito.

ECVT adalah satu-satunya teknologi yang mampu melakukan pemindaian dari dalam dinding ke luar dinding seperti pada pesawat ulang-alik. Teknologi ECVT bermula dari tugas akhir Warsito ketika menjadi mahasiswa S-1 di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia, Universitas Shizuoka, Jepang, tahun 1991. Ketika itu pria kelahiran Solo pada 1967 ini ingin membuat teknologi yang mampu “melihat” tembus dinding reaktor yang terbuat dari baja atau obyek yang opaque (tak tembus cahaya).

Penampilan mereka memukau publik musisi klasik, dari Eropa hingga Amerika. Diganjar berbagai penghargaan internasional bergengsi.
Kepiawaian jari-jari mereka menari di atas tuts pianolah yang dikagumi penikmat musik klasik, baik di Jerman maupun di kota-kota besar lain di mancanegara.
Bahkan permainan Sonja-Shanti telah mencuri perhatian para musisi dan kritikus musik klasik Eropa. Di Jerman, penampilan mereka dipuji sebagai, “Benar-benar pertunjukan yang indah, mengagumkan, dan profesional.”

Prestasi mereka pun patut dibanggakan. Mereka meraih Jerry Coppola Prize dalam lomba duet piano di Miami, Amerika Serikat, pada 1999. Dua tahun berturutturut, 2001 dan 2002, mereka menyabet Prize Winners Juergen Sellheim Foundation di Hannover, Jerman. Lalu pada 2002 menjadi juara ketiga Torneo Internazionale di Musica di Italia. Terakhir, mereka menggondol Prize Winners pada National Piano Duo Competition di Saarbrucken, Jerman, pada 2003.

Album pertama mereka, Works for Two Pianos, dirilis pada 2002. Dua tahun berselang, Sonja-Shanti menelurkan album kedua bertajuk 20th Century Piano Duets Collection. Kedua album berformat CD itu di bawah label NCA Jerman. Peredaran album kedua lebih luas dari yang pertama.

Selain di Jerman, album tersebut beredar di Prancis, Italia, Austria, Swedia, Jepang, dan Amerika. Kedua album itu juga mendapat apresiasi yang cukup antusias dari sejumlah media musik klasik di Eropa. Selain itu, kedua album tersebut masuk arsip Perpustakaan Musik Naxos—produser musik klasik dunia yang menyimpan sekitar 36 ribu album.
Johny Setiawan, Ph.D - PENEMU PLANET PERTAMA DAN BINTANG MUDA
Quote:


Johny Setiawan membuat mata dunia tercengang dengan penemuan planet pertama yang mengelilingi bintang baru TW Hydrae.

PENEMUAN itu sangat spektakuler karena dari 270 planet di luar tata surya yang telah ditemukan astronom dalam 12 tahun terakhir, tak satu pun planet yang muncul dari bintang muda.

Johny yang memimpin tim peneliti di Max Planck Institute for Astronomy (MPIA), Heidelberg, Jerman itu menemukan planet pertama yang disebut TW Hydrae b dan bintang baru TW Hydrae dengan menggunakan teleskop spektrograf F EROS sepanjang 2,2 meter di La Silla Observatory, Chile.

Dengan penemuan tim yang dipimpin Johny tersebut, peneliti dapat membuat kesimpulan penting tentang waktu pembentukan planet.Sejumlah pertanyaan pelik yang selama ini dihadapi peneliti, seperti bagaimana dan di mana sistem planet terbentuk?

Bagaimana arsitektur planet? Seberapa lama proses pembentukannya? Bagaimana posisi planet-planet seperti bumi di Galaksi Bima Sakti? Akan segera terjawab. Johny menyadari pentingnya penemuannya tersebut.

”Secara khusus saya bekerja di sejumlah proyek seperti ESPRI (Pencarian Planet dengan PRIMA/ Phase-Referenced Imaging and Micro-arcsecond Astrometry). Di sini saya menyeleksi dan mengamati karakteristik bintangbintang untuk program pencarian planet,”ungkapnya. Sejak 2003, Johny memimpin penelitian di observasi bintang dan planet ESO La Silla.
”Ini merupakan penemuan paling luar biasa dan spektakuler dalam studi planet-planet di luar tata surya.

Untuk pertama kali, kita telah menemukan langsung bahwa planet-planet terbentuk dalam lingkaran cakram. Penemuan TW Hydrae b membuka jalan untuk mengaitkan evaluasi lingkaran cakram dengan proses pembentukan dan migrasi planet,” papar Thomas Henning, direktur Planet and Star Formation Department di MPIA.
DR. Azhari Sastranegara - AHLI BENTURAN DARI MAJENE
Quote:


Fujisawa-shi, Kanagawa, Jepang..

Sekilas dia adalah pria kampung Jepang biasa. Nyaris tak ada yang tahu bahwa dia pria penting. Dia adalah salah satu ahli top di Jepang dalam bidang analisis keamanan struktur terhadap benturan.

Doctor of engineering dari Tokyo Institute of Technology, Jepang, itu bergabung dengan produsen bearing dan komponen otomotif tersebut sejak April 2005. Awalnya ia berkarier sebagai research engineer di NSK Research and Development Center. “Tema penelitian saya cukup beragam, berkisar pada analisis struktur dan bahan terhadap benturan,” ujar Azhari.

Salah satu riset pria kelahiran Majene, Sulawesi Barat, itu adalah tentang desain kemudi kendaraan yang aman. Dalam penelitian itu, tugasnya melakukan perhitungan apakah rancangan kemudi yang diajukan oleh bagian desain sudah memenuhi syarat keamanan ketika terjadi tabrakan. Dari aneka penelitian itu, Azhari dan timnya di NSK menghasilkan enam paten yang kini terdaftar di Japan Patent Office.

NSK ternyata juga bukan tempat kerja pertamanya. Sebelumnya, Azhari—yang meraih gelar doktor dengan disertasi berjudul “Effect of Transverse Impact on Energy Absorption of Column”—sempat menjadi asisten dosen di Tokyo Institute of Technology. Di kampus itu pula Azhari merampungkan pendidikan dari S-1 sampai S-3 (Ph.D).

Dia belajar di kampus itu setelah lulus dari SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa Tengah, pada 1994. Modalnya: beasiswa Mitsui Bussan Indonesia Scholarship, yang menyeleksi peserta dari pelajar SMA se-Jawa dan Bali. Beasiswa itu cuma untuk menyelesaikan sarjana strata satu. Jadi, saat melanjutkan ke strata dua, “Saya kuliah sambil bekerja paruh waktu,” ujarnya. Pada program S-3 (Ph.D), ia kembali mendapatkan beasiswa—kali ini dari Moritani Scholarship dan Tsuji Asia Scholarship.

Setelah memperoleh gelar doktor/Ph.D, Azhari sempat ingin kembali ke Tanah Air. Namun, ia tak mendapatkan tempat untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya.
Untuk ikut memajukan Indonesia, ia punya cara lain.
Liem Tiang Gwan - AHLI RADAR EROPA ASLI DARI SEMARANG
Quote:


Anda yang pernah atau berkali-kali mendarat di Bandara Heathrow, London, Inggris ?

barangkali tidak mengetahui bahwa radar (radio detection and ranging) yang digunakan untuk memantau dan memandu naik-turunnya pesawat dirancang oleh putra Indonesia kelahiran Semarang.Selain itu, banyak negara di Eropa serta militer menggunakan jasanya untuk merancang radar pertahanan yang pas bagi negaranya.

Itulah Liem Tiang-Gwan, yang selama puluhan tahun bergelut dan malang melintang dalam dunia antena, radar, dan kontrol lalu lintas udara. Maka, bagi mereka yang biasa berkecimpung dalam dunia itu, pasti tidak asing dengan pria kelahiran Semarang, 20 Juni 1930, ini.

Namanya sudah mendunia dalam bidang radar, antena, dan berbagai seluk-beluk sistem gelombang elektromagnetik yang digunakan untuk mendeteksi, mengukur jarak, dan membuat peta benda-benda, seperti pesawat, kendaraan bermotor, dan informasi cuaca.

Meskipun sudah bekerja dan mendapatkan posisi yang lumayan, Liem muda masih berkeinginan untuk kembali ke Tanah Air. Ia masih ingin mengabdikan diri di Tanah Air. Maka, tahun 1963 ia memutuskan keluar dari tempatnya bekerja di Stuttgart dan kembali ke Indonesia.

”Apa pun yang terjadi, saya harus pulang,” ujarnya mengenang.
Waktu: kamis-29-01-2010,sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3241518
Contoh lain bangsa Indonseia tidak kalah prestasinya,anak anak ini telah dibimbing dengan baik sehingga menghasilkan prestasi
Apakah anak-anak Indonesia setara kecerdasannya dengan anak-anak bangsa-bangsa maju di dunia? Kalau anda melihat deretan prestasi Prof. Yohanes Surya dan anak-anak asuhannya, jawabannya adalah, tidak.Samasekali tidak.

Anak-anak Indonesia lebih unggul, lebih cerdas, lebih genius dibanding anak-anak dari bangsa-bangsa lainnya, termasuk dari bangsa-bangsa maju!

Di bawah bimbingannya, anak-anak Indonesia berkali-kali merebut gelar juara berbagai olimpiade fisika dan sains dunia yang sangat bergengsi. Mereka bahkan mengalahkan anak-anak dari China, Amerika, Jerman,Inggris, India, Korea Selatan, Australia, dan Israel.
Bangsa-bangsa itu yang masih mengira Indonesia adalah bangsa yang terbelakang akanterkejut karena Indonesia tidak hanya setara dengan mereka, tapi bahkantelah melampaui mereka.

Prof Yohanes Surya dan para anak didiknya yang istimewa, cerdas, danpantang menyerah, benar-benar membuat harum nama Indonesia di dunia.

Tiga tahun yang lalu, 2006, Republik Indonesia berhasil secara spektakuler merebut juara dunia Olimpiade Fisika Internasional ke 37 di Singapura, ”37th International Physics Olympiad”. Inilah Olimpiade Fisika terbesar sepanjang sejarah, diikuti para siswa paling cerdas dari 85 negara, dan kita berhasil menjuarainya!

Kita berhasil merebut total 4 Emas, dan 1 Perak, bahkan Jepang saja hanya dapat 3 Perunggu! Ini membuktikan bahwa anak-anak Indonesia tidak sejajar dengan anak-anak cerdas lain di dunia, kita adalah juara, pemenang, nomor 1, lebih hebat dari semua lainnya.

Dan baru-baru ini, April 2009, Indonesia berhasil lagi menjadi Juara Umum di International Conference of Young Scientists (ICYS) di Polandia, mengalahkan pelajar dari negara-negara maju seperti Jerman, Belanda, Amerika, dan Rusia!
Total 6 Emas direbut anak-anak Indonesia dari berbagai bidang ilmu, sementara peserta-peserta dari negara majuhanya mampu dapat paling banyak 3 emas.

Tim IPhO 37, 2006, Singapura.




Di Singapura 2006, seorang anak Indonesia asuhan Yohanes Suryaberhasil menjadi ”The Absolute Winner”, juara dunia IPhO, yang terbaikmengalahkan 386 anak-anak paling cerdas di negaranya masing-masing. Saat itu, tidak ada yang menyangka Indonesia bisa mendapat medali apapun.

Tapi bukan hanya mendapat medali, anak-anak Indonesia justru mendominasi olimpiade sains bergengsi itu, dan merebut emas paling banyak. Benar-benar surprise yang spektakuler. Sang pemenang besar itu adalah Jonathan Mailoa, anak genius yang sekarang telah belajar di MIT, Massachusetts Institute of Technology.

Dan tidak itu saja. Yang juga mengejutkan adalah peserta termuda genius yang berhasil merebut medali perak. Dia masih kecil, baru SMP, dan kemenangannya membuat seluruh penonton dan perwakilan dari seluruh dunia tertegun dan takjub. Nama anak itu adalah Muhammad Firmansyah Kasim. Para wakil peserta terheran-heran, bagaimana anak sekecil ini bisa memecahkan persoalan fisika yang begitu kompleks, setara S-2 dan bahkan menjadi salah satu juara? Firman memang bukan anak kecil biasa.

Tahun 2007, Firman kembali mencapai prestasi yang bahkan lebih spektakuler. Ia berhasil merebut emas di kejuaraan dunia “8th Asian Physics Olympiad (APhO)” di, Shanghai, China. Mengalahkan anak-anak terbaik China, di China, adalah sebuah prestasi yang heroik.
Saat itu dia masih kelas 1 SMA (SMA Athirah Makasar), sementara pesaing-pesaingnya, anak-anak terbaik dari seluruh dunia, terutama dari China (yang berpenduduk 1,3 milyar), kebanyakan sudah kelas tiga. Dari5 anak yang berhasil merebut emas, 4 dari China, dan hanya satu yang dari luar China, yaitu dari Indonesia, Muhammad Firmansyah Kasim, dan dia pun bahkan adalah peserta paling muda.

Banyak juga anak-anak genius Indonesia justru datang dari daerah yang seringkali kita anggap sebagai daerah tertinggal, Papua. Ternyata dalam melahirkan manusia-manusia genius, mereka samasekali tidak tertinggal.

Bahkan disana banyak anak-anak yang kecerdasannya tidak akan tertandingi oleh kebanyakan anak-anak paling cerdas di daerah-daerah lainnya. Anak-anak genius itu adalah George Saa, Anike Bowaire, Andrey Awoitauw, Rudolf Surya Bonay, Jane Ansanay, Zacharias Viktor Kareth,dan masih banyak lainnya.

Brilliant Minds, dari Papua

George Saa, adalah pemenang “First Step to Nobel Prize in Physics” 2004, dan hanya anak-anak paling cerdas di seluruh dunia, para genius mudacalon-calon peraih Nobel yang mampu meraihnya.

Hasil penelitiannya yang berjudul “Infinite Triangle and Hexagonal Lattice Networks of Identical Resistor” mengalahkan ratusan karya terbaik yang dikirim peserta-peserta dari 73 negara di dunia. Setiap karya yang masuk akan dinilai 30 ahli-ahli fisika dari 25 negara. Dan juri memutuskan pemenangnya adalah George Saa, dari Indonesia.

Hebatnya, George (Oge) bisa mempunyai pemikiran yang sejauh itu dariPapua. Kita tahu disana fasilitasnya, buku-buku, alat-alat laboratorium, apalagi internet, semua begitu terbatas. Bahkan Oge kadang juga terpaksa tidak bersekolah karena tak punya ongkos, atau harus membantu ayahnya di ladang. Sesuatu yang tentu saja akan membuatnya menangis berjam-jam. Belum lagi buku yang seringkali tidak bisa terbeli.

Ada satu hal yang heroik yang bisa kita pelajari dari sini, bahkan oleh tokoh-tokoh besar dan pejabat di Jakarta. Kalau kemauan kita cukup kuat, tidak akan ada lagi yang tidak mungkin. Tidak akan ada apapun yang bisa menghalangi seseorang dengan kemauan yang cukup besar.
Dan uang, adalah masalah omong kosong. Kalau anda membaca buku di perpustakaan, gratis tanpa biaya, dan anda membacanya seperti orang gila dari pagi sampai malam, tidak akan ada yang bisa mengalahkan anda, bahkan di seluruh dunia.
"Uang bukan segala-galanya untuk maju.
Selalu ada jalan untuk menimba ilmu."
--- George Saa ---

Dan George beruntung karena akhirnya dia mendapat bimbingan dari seorang profesor terbaik di Indonesia, Prof. Yohanes Surya. Dengan bimbingan yang unggul, terbukti setiap anak Indonesia, semuanya, bisa jadi yang terunggul.
Di tahun 2005, gadis cilik Anike Bowaire dari SMU Negeri 1 Serui, Papua,gantian meraih “The First Step to Nobel Prize in Physics” di Warsawa, Polandia. Makalahnya yang berjudul berjudul “Chaos in an Accelerated Rotating Horizontal Spring” dianggap sangat kreatif dan original.



Seorang anak SMU yang mengenal Teori Chaos (keteraturan dalam chaos) sebenarnya nyaris adalah sebuah keajaiban. Tapi seorang anak SMU yang bisa menciptakan teori sendiri tentang Chaos, adalah sesuatu yang nyaris mustahil. Tapi itulah keajaiban besar yang datang dariPapua.
Anike sudah membuat harum nama Indonesia, padahal umurnya pun belum 20 tahun. Karena senangnya belajar, Anike bisa membaca dan belajar dari pagi buta sampai tengah malam. Orang-orang mungkin akan bertanya, ”kenapa?”.
Jawabannya sederhana. Karena ia senang dengan fisika, dan dunia fisika. Baginya, fisika adalah keajaiban.

Setiap benda-benda dan pergerakan segala sesuatu di alam semesta, dari quark sampai galaksi, adalah keajaiban, teka-teki dari Tuhan Yang Maha Baik. Setiap fenomenanya, dari cahaya, gravitasi, sampai Lubang Hitam di pusat tata-surya adalah tantangan yang seru untuk dipecahkan.
Teka-teki yang kadang-kadang bisa dipecahkan dengan jawaban yang kreatif dan paling sederhana.
“Kesenangan yang lain adalah setelah saya dapat emas, kawan-kawan di Papua yang sebelumnya selalu tertawa melihat saya setiap sore ikut les bahasa Inggris kini mulai rajin belajar.”
---Anike Bowaire, 20 tahun, keteladanan---

Banyak lagi anak-anak Papua yang memiliki prestasi spektakuler. Rudolf Surya Bonay Andrey Awoitauw (20 tahun, lahir 7 Desember 1988), adalah pemenang “The First Step to Nobel Prize in Chemistry” di tahun 2006 danmendapat medali emas Olimpiade Sains Nasional (2005) mengalahkan Ivan Kristanto, juara dunia dari Jakarta.
Ada juga Jane Ansanay danZacharias Viktor Kareth yang akan mengikuti Olimpiade Fisika Asia di Vietnam. Indonesia benar-benar dianugerahi Tuhan begitu banyak anak-anak cemerlang. Mereka tersebar di seluruh penjuru Indonesia bahkan sampai ke pelosok-pelosok terpencil.
Ada Pangus Ho, Irwan Ade Putra dan Andy Oktavian Latief yang bersama Jonathan Mailoa mendapat emas di IphO 2006 di Singapura.

Ada Dhina Pramita Susanti (16 tahun), yang bersama Anike Bowairemendapat emas di “The First Step to Nobel Prize in Physics” ke-13 di Warsawa, Polandia 2005. Dia juga belajar di bawah bimbingan Prof Yohanes Surya.
Dina yang masih remaja kecil ini saat akan ke Polandia berjuang dengan tidur hanya empat jam sehari, selama 4 bulan, untuk bisa menguasai soal-soal yang hanya dimengerti mahasiswa-mahasiswafisika tingkat pasca sarjana. Benar-benar keteguhan yang menakjubkan.
Ada juga Stephanie Senna , murid SLTP Ipeka Tomang yang menjadianak Indonesia pertama yang meraih emas di Internasional Biology Olympiad di Saskatoon, Kanada 2007. Dia juga pernah meraih gelar “The Best Experimental Winner” di “International Junior Science Olympiad”2004 di Jakarta.
Di ajang bergengsi yang diikuti 30 negara ini Indonesia kembali menjadi juara umum dengan memborong 8 medali emas, 4 perak, ”Best Experimental Winner” dan “Absolute Winner”. Taiwan mendapat 5 Emas, dan bahkan Korea Selatan dan Rusia saja hanya dapat 1 Emas.
Ada juga anak 13 tahun dari Cilacap bernama Azis Adi Suyono. Ia benar-benar seperti Lintang di cerita Laskar Pelangi. Sekolahnya jauh, dan harus menyeberangi sungai dan rawa-rawa. Anak genius inilah yang merebut gelar ”Absolute Winner” di Olimpiade Sains Junior Internasional 2004 di Jakarta.
Anak dari keluarga sederhana, dan bersekolah di sekolah terpencil di desa Jojok, Kotawaru Cilacap ini mampu mengalahkan pelajar-pelajar terbaik dari Korea, Taiwan dan Rusia yang mempunyai sistem pendidikan terbaik dan fasilitas super canggih.

Presiden SBY pun kagum padanya. Azis termasuk dalam salahsatu penerima Anugerah Kehormatan Satyalancana Wira Karya yang diberikan di Istana Negara kepada anak-anak Indonesia yang telah mengharumkan nama Indonesia dalam berbagai lomba sains internasional.
Kenapa Azis bisa begitu hebat? Karena baginya fisika itu asyik. Fisika membuatnya bisa mengkhayal tentang begitu banyak hal-hal ajaib di alam semesta. Dia membayangan keajaiban kecepatan cahaya, dan impiannya adalah bila seandainya dia bisa terbang melebihi kecepatan cahaya, maka ”Waktu” akan berhenti.
Mungkin kalau manusia sudah benar-benar menguasai Relativitas Ruang-Waktu, maka manusia bisa mengendalikan waktu, dan melakukan ”time travel” seperti di film-film sains-fiksi.
Mungkin kalau kita tidak bisa menemukan Lintang yang ada di Laskar Pelangi, maka Azis Adi Suyono akan menjadi kembaran Lintang yang sejati. Seorang anak kecil yang ditakdirkan menjadi secemerlang Einstein dan Newton.
Dari Klaten, sebuah kota kecil di dekat Yogyakarta, kita akan menemukan seorang anak sederhana bernama Ad Masyhur Aziz Hilmy. Umurnya baru16 tahun waktu dia menjuarai Olimpiade Astronomi Internasional 2004 diUkraina.
Azis yang seringkali tidak punya uang untuk membeli buku, bisa menjadijuara sains tingkat dunia. Karena tidak punya uang untuk membeli buku, maka ia memuaskan keingintahuannya tentang luar angkasa dengan membaca di perpustakaan sekolahnya sepanjang hari.
Kalau bukunya sudah habis, dia akan pergi ke Yogya, dan dia akan ke pergi toko buku di mal atau perpustakaan, dan membaca disana sampai 5-6 jam. isdom begins in Wonder..
Socrates (469-399SM)

Kenapa dia begitu suka astronomi?
Waktu masih SD, dia pernah membaca sebuah buku yang ringan dan populer. Disana, dia bisa melihat berbagai macam benda angkasa yang menakjubkan, bulan, bintang, planet-planet lain d luar Bumi, galaksi raksasa, tata-surya, nebula yang indah. Sebuah buku Astronomi Populer. Dan pikirannya terbuka, seperti Newton.
Waktu:kamis-29-01-2010 sumber:http://www.yohanessurya.com/news.php?pid=201&id=124
contoh di atas menandakan bahwa kita tidak kalah dalam pendidikan hanya dengan usaha dan doa kita bisa seperti mereka, SEMOGA ARTIKEL INI BERMANFAAT
wasalamualaikum WR. WB.

ilmam

Senin, Januari 25, 2010 / Diposting oleh ilmam / komentar (0)